Kamis, 15 Oktober 2015

Perserikatan Sepak Bola Sleman





1. Sejarah PSS Sleman



          Perserikatan Sepak bola Sleman (PSS) lahir pada Kamis Kliwon tanggal 20 Mei 1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Lima tokoh yang membidani kelahiran PSS adalah H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono KH, dan Hartadi. PSS didirikan pada awalnya hanya mereka senang dengan sepak bola. Dengan sepak bola mereka yakin akan menambah teman, meningkatkan persaudaraan dan tentu saja dengan sendirinya meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat Kabupaten Sleman. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaitu PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul.

          Waktu berdirinya PSS hampir bersamaan dengan saat berdirinya Persikup Kulon Progo dan Persig Gunungkidul. Saat itu, selain di Kota Yogyakarta, potensi sepak bola di empat daerah kabupaten tidak terpantau dan kurang terkelola dengan baik. Padahal beberapa daerah di Kabupaten Sleman, seperti Prambanan, Sleman dan Kalasan, Sleman sejak dulu sudah memiliki tim sepak bola yang tangguh, yang ditandai dengan hadirnya beberapa tim luar daerah yang mengadakan pertandingan uji coba dengan tim di kawasan tersebut. Meskipun klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman telah ada dan tumbuh, tetapi belum terorganisasi dengan baik karena di Kabupaten Sleman belum ada perserikatan. Hal ini berdampak terhadap kelancaran klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman dalam mengadakan kompetisi sehingga banyak pemain dari Kabupaten Sleman yang bergabung ke klub-klub sepak bola di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.


          Keinginan masyarakat yang kuat di Kabupaten Sleman untuk memiliki perserikatan klub sepak bola akhirnya mulai terwujud dengan adanya informasi yang disampaikan oleh Komda PSSI DIY pada waktu itu (Prof. Dr. Sardjono) yang menyatakan bahwa syarat untuk membentuk perserikatan sepak bola minimal harus ada lima klub. Di Kabupaten Sleman pada waktu itu sudah ada lima klub yaitu PS Mlati, AMS Seyegan, PSK Kalasan, Godean Putra dan PSKS Sleman. Akhirnya, tepat pada tanggal 20 Mei 1976, PSS dibentuk dengan Ketua Umum Gafar Anwar (seorang polisi).


2. Prestasi PSS Sleman
Perserikatan
  •  1979 Divisi II DIY
  • 1980 Divisi II DIY peringkat ke – 2
  • 1983 Divisi II DIY Peringkat ke – 1
  • 1985 Divisi II DIY Peringkat ke – 1
  • 1986 Divisi II DIY Peringkat ke – 1
  • 1986/1987 Divisi II DIY Peringkat ke – 1
  • 1987/1988 Divisi II DIY peringkat ke – 1
  • 1989/1990 Divisi II DIY peringkat ke – 1
  • 1990/1991 Divisi IIA Jateng/DIY peringkat ke – 6
  • 1991/1992 Divisi II DIY Peringkat ke - 1
  • 1993/1994 Divisi II Nasional 8 besar ( Juara Divisi II DIY )
Liga Indonesi
  • 1994/1995 Divisi II Liga Indonesia 16 Besar Nasional
  • 1995/1996 Divisi II Liga Indonesia Promosi ke Divisi I Liga Indonesia ( Playoff Divisi I Liga Indonesia )
  • 1996/1997 Divisi I Liga Indonesia 10 besar ( Peringkat ke – 3 Grup A )
  • 1997/1998 Divisi Satu Liga Indonesia - Kompetisi dihentikan
  • 1998/1999 Divisi Satu Liga Indonesia Peringkat ke-4 Grup II
  • 1999/2000 Divisi Satu Liga Indonesia Promosi ke Divisi Utama (Peringkat ke-2)
  • 2001 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup Timur
  • 2002 Divisi Utama Peringkat ke-7 Grup Timur
  • 2003 Divisi Utama Peringkat ke-4
  • 2004 Divisi Utama Peringkat ke-4
  • 2005 Divisi Utama Peringkat ke-7 Wilayah I
  • 2006 Divisi Utama - PSS tidak melanjutkan kompetisi karena adanya bencana gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya
  •  2007 Divisi Utama Peringkat ke-12 Wilayah Barat
  • 2008/2009 Divisi Utama Peringkat ke-8 Wilayah Timur
  • 2009/2010 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup 3
  • 2010/2011 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup 3
  • 2011/2012 Divisi Utama Peringkat ke-7 Grup 2
  • 2013 Divisi Utama Juara Umum
Piala Indonesia
  • 2005 Semifinalis
  • 2006 PSS tidak jadi berkompetisi karena adanya bencana gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya
  • 2007 32 Besar
  • 2008/2009 52 Besar
  • 2012 40 Besar
Piala Soeratin
  • 2001 Peringkat ke-3
  • 2002 Peringkat ke-4
  • 2008 32 Besar

3. Kasus sepak bola gajah antara PSS Sleman dengan PSIS Semarang

          Kasus sepak bola gajah yang membuat sejarah kelam di persepak bolaan di Indonesia ini sangatlah memalukan bagi PSS Sleman dan PSIS Semarang bahkan Indonesia di mata dunia. Kasus ini bermula dari PSS dan PSIS enggan bertemu Pusam Borneo ( PBFC ) karena ada dugaan dari factor non teknis dari PBFC yang sering menang di laga kandang. Pada forum diskusi “Kupas Tuntas Kasus Sepak Bola Gajah” yang ber narasumber 4 pemain PSS Sleman : MBS, RA, SA dan satu pemain lagi yang enggan menyebutkan namanya.

          Dulu kasus ini dilokalisir dengan hanya berhenti di level official PSS dengan tersangka utamanya adalah Ableh, tujuannya guna melindungi SJN. Fakta bahwa kesaksiaan 4 pemain menunjuk nama SJN selaku pemberi instruksi goal bunuh diri tak bisa ditutup lagi. Dan pemain juga bersaksi mendengar perkataan SJN yang meyebut baru saja ditelfon VW yang meminta PSS Sleman menghindari Borneo FC supaya lolos ke ISL. Dalam Pemahaman pemain, telefon dari VW itulah yang menyebabkan manajer SJN memerintahkan scenario gol bunuh diri dalam pertandingan PSS Sleman melawan PSIS Semarang.

          Karena kami semua ( 4 pemain PSS Sleman ) adalah saksi hidup dan mendengar pernyataan manajer kami (SJN) yang mengaku habis ditelpon VW supaya menghindari Borneo FC. Itulah sebenarnya penyebab terjadinya sepakbola gajah ini. Kami maunya fight, karena kami pemain tidak takut melawan siapapun. Kalaupun kalah adalah hasil berjuang diatas lapangan, bukan scenario drama seperti ini.

4. Pembinaan SSB di Sleman

          Pembinaan dan pendidikan sepak bola dari usia dini sangatlah penting untuk mencetak pemain – pemain hebat di lapangan sepak bola. Di Negara lain, pembinaan usia dini sudah memperlihatkan hasil dan mereka kebanyakan bisa mengantarkan negaranya di pentas piala dunia. Di Indonesia pembinaan usia dini sudah mulai di gencarkan di SSB seluruh Indonesia, contohnya di Kabupaten Sleman.

Di Sleman banyak terdapat Sekolah Sepak Bola ( SSB ), diantaranya :

  • SSB Gelora Muda 
          Bertempat di lapangan Gadingan kawah Candradimuka bagi mereka yang ingin menjadi pemain sepak bola nasional. Di tempat ini mereka digembleng dan diarahkan untuk menjadi pemain yang kelak akan menjadi tulang punggung sepak bola nasional. Terbagi dalam beberapa kelompok umur, SSB ini sanggup mencetak prestasi – prestasi dari kompetensi yang mereka sering ikuti. Di SSB ini, mereka tidak hanya diajarkan bermain bola dengan benar, melainkan juga dibimbing dan diarahkan sesuai apa yang mereka kuasai. Hal tersebutlah yang membuat mereka menjadi berkembang lebih cepat. Ini terbukti dari beberapa alumni yang saat ini cukup akrab di telinga pecinta sepak bola di Sleman, yaitu Hermawan dan Grateo.

  • SSB AM – TRI
          SSB Angkatan Muda Tridadi (Amtri) adalah salah satu sekolah sepak bola yang melanjutkan misipembinaan usia muda di Sleman dan DIY. SSB Amtri percaya, pembinaan pemain sejak usia dini merupakan syarat mutlak yang harus dipenihu demi pembangunan prestasi tim secara berkelanjutan pada jangka panjang. Manajer SSB Amtri menuturkan bahaw mental bermain dengan sportifitas adalah salah satu hal terpenting setelah teknik dasar yang dikuasai oleh bibit pemain muda.

          Salah satu misi SSB ini adalah untuk menyalurkan bakat pemain dan mengarahkan hal positif sekaligus menghindari hal negative. Sebab, sepak bola melatih anak untuk berorganisasi dan kerja bersama tim. Maka dari itu, SSB Amtri ingin mencetak pemain usia muda yang berkarakter.

  • SSB Klajuran
          SSB ini berdiri karean animo masyarakat terhadap sepakbola yang tinggi, selain itu, regenerasi juga menjadi salah satu alas an mengapa SSB ini didirikan. SSB ini di bagi beberapa kelompok usia, dari yang tim remaja dan tim senior.

          Prestasi SSB ini cukup gemilang, hal ini pun yang menjadi salah satu banyaknya para pemandu bakat yang datang mencari pemain – pemain andal dari SSB ini. SSB ini juga sudah bekerja sama dengan klub – klub tertentu. Tentu ini menjadi sebuah langkah awal bagi para pemain local untuk bermain di klub – klub Indonesia, dan SSB ini berharap ada pemain yang bisa membela timnas Indonesia.

  • SSB Cakar Mas Berbah
          SSB ini merupakan salah satu SSb tua yang melahirkan pemain – pemain berbakat untuk tanah Sembada ini. SSB ini berdiri karena keprihatinan terhadap minimnya pemain muda yang berpotensi. SSB ini berprestasi bahkan ada pemain yang mendapat undangan seleksi timnas U – 16 dan U – 13. Untuk teknik tentunya SSB ini mengajarkan teknik sepak bola yang baik dan benar.

          Ya inilah beberapa SSB di Sleman yang ingin mencetak pemain usia muda yang berkarakter dan bisa mengharumkan nama Sleman dan Indonesia di kancah persepak bolaan.


5. 2 suporter fanatik PSS Sleman

PSS Sleman mempunyai suporter yang fanatic, yaitu : Slemania dan Brigata Curva Sud.


          Slemania adalah Organisasi supporter PSS Sleman. Slemania dideklarasikan di Griya Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta 22 Desember 2000. Slemania mempunyai slogan “ Suporter Edan Tapi Sopan“ dan terpilih sebagai nominator supporter favorit dalam Sepak Bola Award – ANTV 2003 bersama The Jakmania dan Laskar Benteng Viola. Di tahun 2004 dalam acara penghargaan yang sama Slemania menjadi supporter terfavorit. Dalam kelompok supporter Slemania dikenal istilah anggota dan simpatisan Slemania, istilah ini digunakan untuk membedakan tingkat militansi dan keaktifan seseorang di Slemania.


          Kemudian Brigata Curva Sud. Namun awal kemunculan mereka lebih dikenal dengan Ultras PSS yang beranggotakan 20 – 200 orang. Supporter satu ini tidak memiliki kepengurusan dan mereka mempunyai slogan “ No Leader Just Together ”. Pada awal kemunculan BCS terjadi perselisihan antara Slemania dan BCS. Namun, sekarang mereka telah melakukan ikrar damai dan focus untuk mendukung PSS Sleman dan menamai mereka dengan “Sleman Fans”. Mereka juga mempunyai outlet merch yang sebagian hasil penjualan mereka untuk mensponsori PSS Sleman.

          Kesetiaan dan semangat supporter PSS Sleman dibuktikan dengan datang membeli tiket yang asli dan bernyanyi bahkan membuat banner untuk dukungan PSS Sleman. Suporter PSS Sleman sudah membuktikan bisa menjadi klub sepak bola mandiri dengan membeli tiket di loket resmi dan mempunyai slogan “No Ticket No Game” dan membuka outlet merch. Dan beberapa musim terakhir PSS Sleman sudah tidak menggunakan dana APBD, ini membuktikan kalau PSS Sleman sudah mulai menjadi klub bola mandiri. Dan sekarang gairah persepak bolaan di kabupaten Sleman mulai menggeliat lagi.



Sumber Referensi :


http://pss-sleman.co.id/category/history


https://id.wikipedia.org/wiki/PSS_Sleman


http://www.fdsinews.com/komdis-pssi-diramalkan-menutupi-fakta-tentang-vigit-waluyo/


http://jogja.tribunnews.com/2015/07/30/supardjiono-bantah-beri-instruksi-pemain-pss-untuk-cetak-gol-bunuh-diri


http://www.fdsinews.com/kami-ini-korban-bukan-pelaku-kami-menuntut-keadilan/


http://sleman-football.com/category/local-youth



http://jogja-slemania.blogspot.co.id/2011/06/sejarah-slemania_25.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar